LIBURAN Akhir Semester Semarang
Chapter
Rashaka Omar 31/8B
Liburan akhir semester tahun 2018 ini saya nikmati dengan pergi
ke Semarang disana saya mayoritas di hotel tapi saya juga pergi ke Lawang sewu
yang memiliki sejarah sebagai berikut Bangunan Lawang Sewu dibangun
pada 27 Februari 1904 dengan nama
lain Het hoofdkantor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij(Kantor
Pusat NIS). Awalnya kegiatan administrasi perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang Gudang (Samarang
NIS), namun dengan berkembangnya jalur jaringan kereta yang sangat pesat,
mengakibatkan bertambahnya personil teknis dan tenaga administrasi yang tidak
sedikit seiring berkembangnya administrasi perkantoran.
Pada akibatnya kantor NIS di stasiun Samarang NIS tidak lagi memadai.
Berbagai solusi dilakukan NIS antara lain menyewa beberapa bangunan milik
perseorangan sebagai solusi sementara yang justru menambah tidak efisien.
Apalagi letak stasiun Samarang NIS berada di dekat rawa sehingga
urusan sanitasi dan kesehatan pun
menjadi pertimbangan penting. Maka, diusulkanlah alternatif lain: membangun
kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh ke lahan yang pada masa itu
berada di pinggir kota berdekatan dengan kediaman Residen. Letaknya di
ujung Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda), di sudut
pertemuan Bodjongweg dan Samarang naar Kendalweg (jalan raya menuju Kendal).
NIS mempercayakan
rancangan gedung kantor pusat NIS di Semarang kepada Prof. Jacob F. Klinkhamer
(TH Delft) dan B.J. Quendag, arsitek yang berdomisili di Amsterdam.
Seluruh proses perancangan dilakukan di Belanda,
baru kemudian gambar-gambar dibawa ke Kota Semarang.
Melihat dari cetak biru Lawang Sewu tertulis bahwa site plan dan
denah bangunan ini telah digambar di Amsterdam pada tahun 1903. Begitu pula
kelengkapan gambar kerjanya dibuat dan ditandatangani di Amsterdam tahun 1903.
Sebelum itu
saya pergi ke Simpang lima Semarang adalah sebuah lapangan yang berada di pusat kota Semarang dijalur
nasional . Lapangan ini disebut juga Lapangan Pancasila[1].
Simpang lima merupakan pertemuan dari lima jalan yang menyatu,
yaitu Jl. Pahlawan, Jl. Pandanaran, Jl. Ahmad Yani,
Jl. Gajah Mada dan
Jl A Dahlan. Di sekitarnya berdiri hotel-hotel berbintang
dan pusat perbelanjaan. Di antaranya Hotel Ciputra,
Hotel Horison, Hotel Graha Santika, Mall Ciputra, E Plaza, Plaza Simpang Lima,
Living Plaza, @Hom Hotel, Holiday Inn Expres, Warhol Apartemen dan Condotel
(sedang konstruksi). Lapangan ini merupakan pusat keramaian warga Semarang
setiap hari Sabtu-Minggu. Terutama pada hari minggu pagi tempat ini hanya
diperuntukkan bagi pejalan kaki dan bersepeda.
Simpang Lima
dijadikan sebagai pusat Alun-alun Semarang berdasarkan atas usulan Presiden RI
pertama kali yaitu Ir. Soekarno dengan alasan Pusat alun-alun
yang semula berada di Kawasan Kauman telah beralih fungsi menjadi Pusat
Perbelanjaan. Rencana pembangunan Lapangan Pancasila waktu itu dipilih di ujung
jalan Oei Tiong Ham (Jalan
Pahlawan Semarang). Lapangan Pancasila kemudian dapat terbangun pada
tahun 1969.
Saat ini Lapangan
Pancasila sudah menjadi landmark kota
Semarang merupakan ruang terbuka yang biasa digunakan oleh
masyarakat Semarang untuk beraktifitas. Kota Semarang sendiri menjadi identik
dengan Simpang Lima, karena pusat kegiatan dan keramaian berada disini.[2]
Lapangan Simpang
ini biasanya pada hari Minggu di padati oleh pengunjung yang ingin berolahraga,
jalan-jalan, dan aktivitas lainnya. Apalagi disaat menjelang pergantian
tahun, Simpang Lima Semarang menjadi pusat perayaan pergantian
Tahun. Biasannya di Simpang Lima Semarang ini diadakan pesta kembang api dan konser musik.
Komentar
Posting Komentar